Apto Online, 25/06/2023 Pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu pilihan dalam kondisi saat ini seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Apakah pembelajaran daring sudah tepat dalam pelaksanaanya, kemudian apakah pendidik sudah menerapkan kaidah kaidah pembelajaran daring itu, sehingga proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat dipastikan sesuai dengan harapan.
Pendidikan adalah proses sadar dari tidak tahu menjadi tahu disertai perubahan prilaku ke arah yang semakin positif, artinya jika proses pendidikan tidak mengarah kepada perubahan prilaku yang semakin positif, maka sesungguhnya proses pendidikan itu telah gagal
Jika muara dari proses pendidikan adalah mengarah kepada perubahan prilaku, pertanyaanya apakah dengan pembelajaran daring hal tersebut dapat dipastikan. bagaimana implementasinya dan bagaimana pula proses evaluasi pembelajaran daring yang dimaksud.
Dalam kondisi normal hasil survei PISA tahun 2018, Dari hasil survei PISA tersebut, skor rata-rata Indonesia menurun di tiga bidang kompetensi dengan penurunan paling besar di bidang membaca yakni 371 di posisi 74. Rata-rata kemampuan membaca negara yang tergabung dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memiliki skor 487.
Sementara kemampuan matematika berada di skor 379 dengan posisi 73 dan kemampuan sains dengan skor 396 di posisi 71. Menurut Presiden Jokowidodo Persoalan pertama adalah besarnya persentase siswa berprestasi rendah. Ia menargetkan jumlah siswa berprestasi rendah dapat ditekan hingga kisaran 15-20 persen pada 2030. “Meski kita tahu Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah tapi masih perlu upaya lebih besar menekan siswa berprestasi rendah hingga di kisaran 15-20 persen di 2030,” katanya.
Sementara kemampuan matematika berada di skor 379 dengan posisi 73 dan kemampuan sains dengan skor 396 di posisi 71. Menurut Presiden Jokowidodo Persoalan pertama adalah besarnya persentase siswa berprestasi rendah. Ia menargetkan jumlah siswa berprestasi rendah dapat ditekan hingga kisaran 15-20 persen pada 2030. “Meski kita tahu Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah tapi masih perlu upaya lebih besar menekan siswa berprestasi rendah hingga di kisaran 15-20 persen di 2030,” katanya.
Kemudian, lanjut Jokowi, persentase siswa mengulang kelas yang masih tinggi mencapai 16 persen. Menurutnya, jumlah ini lebih banyak 5 persen dibandingkan rata-rata persentase siswa mengulang kelas di negara-negara OECD.
Sementara persoalan yang terakhir adalah tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Mengacu pada survei PISA, kata Jokowi, perlu langkah-langkah perbaikan menyeluruh baik dari aspek peraturan, regulasi, anggaran infrastruktur, manajemen sekolah, kualitas guru, hingga beban administratif guru.
April 2020 KPAI telah melakukan survei terhadap 1.700 siswa di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota. Hasilnya, 79,9 persen responden menyatakan PJJ berlangsung tanpa interaksi guru-siswa. Sedangkan, 81,8 persen responden menyatakan guru lebih menekankan pemberian tugas bertubi-tubi sehingga menguras energi.
Terdapat pula 42,2 persen responden tidak memiliki kuota internet sehingga sulit melakukan tatap muka dengan aplikasi maupun video call. Survei KPAI bersama Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) kepada 602 responden guru dari 14 provinsi di Indonesia mengungkapkan, 82.2 persen guru hanya memanfaatkan media sosial sebagai media PJJ bersama siswa. Sedangkan hanya 19,1 persen terbiasa dengan aplikasi daring.
KPAI menilai standar proses pembelajaran dalam PJJ kendala terbesar bagi guru. Akibatnya, PJJ menjadi kurang bermakna
Pada Pelaksanaan webinar ini menampilkan tiga narasumber yang merupakan akademisi dan praktisi dalam bidang pendidikan yaitu sebagai pemateri pertama Dr.Nandang Hidayat, M.Pd dari Universitas Pakuan Bogor yang memaparkan Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar Dalam Jaringan. Kemudian dilanjutkan dengan pemateri kedua Sriyono, M.Pd dari Univeristas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung sekaligus sebagai Sekjen DPP APTO Indonesia yang memaparkan Implemetasi Pembelajaran Jarak Jauh, Tantangan dan Peluang Bagi Pendidik Kreatif, serta pemateri ketiga, Hendri CEO Palcomtech dan Founder Qualitiva.id yang memberi pencerahan dengan paparan Pembelajar New Normal Guru Milenial
Peserta kegiatan webinar ini meliputi pendidik dari semua jenjang, Dosen dari berbagai perguruan tinggi, Pendidik Sekolah menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, Pendidik Sekolah Dasar dan Instruktur Lembaga Kursus dan Pelatihan. Asal peserta juga meliputi sebahagian bersar wilayah nusantara.
Dr Nandang Hidayat berpesan, peserta didik yang terbatas akses fisik dan ekonominya, maka pendidik diharapkan melakukan pembelajaran daring dengan mempertimbangkan keterbatasan peserta didik. “Tidak semua pembelajaran harus synchronous, tetapi bisa melalui penugasan dengan whatsapp, line, email atau media lain yang murah namun tetap efektif. Mengingat belum semua pendidik terbiasa dengan pembelajaran online, maka diharapkan pendidik yang sudah mengikuti pelatihan bisa membantu pendidik lainnya,” papar Dr Nandang Hidayat.
Ketiga pemateri memberikan pencerahan, bahwa pembelajaran daring dalam masa pandemik ini jangan dianggap sebagai musibah, namun sebaliknya dianggap sebagai peluang untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplilkasikan teknologi pembelajaran, terutama pembelajaran jarak jauh
Hendri dari qualitiva.id memberikan penguatan bahwa, pembelajar new normal adalah guru guru yang dapat mengimbangi peserta didik milenial, kejadian ini jangan dilihat hanya dari satu sisi, mari melihat dari sisi yang lain, bahwa pembelajaran daring membuka begitu besar peluang bagi para pendidik kreatif untuk terus berkarya dengan segenap kemampuan yang dimiliki. semoga pendidikan nasional kita terus berjaya, maju dan berkembang. demikian Hendri mengahiri paparannya/iM